Название | Barisan Para Raja |
---|---|
Автор произведения | Морган Райс |
Жанр | Героическая фантастика |
Серия | Cincin Bertuah |
Издательство | Героическая фантастика |
Год выпуска | 0 |
isbn | 9781632911827 |
Waktu seperti berjalan sangat lama, Thor baru saja hendak meninggalkan tempat itu ketika ia melihat sesosok tubuh menjulurkan kepalanya keluar dari jendela, membuka jendela lebar-lebar dan memandang sekitarnya dengan bertanya-tanya.
Thor berdiri, mengambil beberapa langkah menjauhi dinding, dan melambaikan satu lengannya tinggi-tinggi.
Reece memandang ke bawah dan melihatnya. Wajahnya berbinar saat melihat Thor, sangat jelas diterpa cahaya obor bahkan di kejauhan ini. Dan Thor merasa lega karena melihat keceriaan di wajahnya, yang membuatnya yakin bahwa Reece tak akan menjebloskannya ke penjara lagi.
Reece memberikan tanda untuk menunggu, dan Thor bergegas menuju dinding, membungkuk serendah mungkin sampai penjaga menjauhi tempat itu.
Thor tak tahu ia telah menunggu untuk berapa lama, siaga setiap saat untuk menjauhi para penjaga, sampai akhirnya Reece muncul, melesat lewat sebuah pintu di dinding terluar, menahan napasnya dan melihat ke sekeliling mencari Thor.
Reece berlari ke arahnya dan memeluknya. Thor merasa sangat lega. Ia mendengar suara mengeong, dan melihat ke bawah dengan gembira ke arah Krohn, yang bersembunyi di balik baju Reece. Krohn hampir saja melompat keluar dari baju Reece ketika Reece meraih dan mengulurkannya ke arah Thor.
Krohn – macan tutul putih yang telah Thor selamatkan - melompat ke dalam pelukan Thor, mengeong dan menjilati wajah Thor.
Reece tersenyum.
“Saat mereka memasukkanmu ke penjara, ia mencoba mengikutimu, dan aku membawanya supaya ia aman bersamaku.”
Thor menepuk bahu Reece dengan penuh rasa terima kasih. Lalu ia tertawa karena Krohn terus menjilatinya.
“Aku merindukanmu juga, Nak,” Thor tertawa dan menciumnya kembali. “Tenanglah sekarang, atau para penjaga akan mendengar kita.”
Krohn terdiam, sekana ia memahami kata-kata Thor.
“Bagaimana caramu melarikan diri?” tanya Reece heran.
Thor menggeleng. Ia tak yakin harus mengatakan apa. Ia masih merasa tak enak menceritakan tentang kekuatannya, yang ia pun tak bisa memahaminya. Ia tak ingin orang lain mengira dirinya semacam orang gila.
“Kurasa aku hanya beruntung,” jawabnya. “Aku melihat sebuah kesempatan dan aku lari.”
“Aku heran orang-orang di sana tidak mengeroyokmu,” kata Reece.
“Mungkin karena gelap,” kata Thor. “Mungkin tak seorang pun mengenaliku. Mungkin belum, kurasa.”
“Apakah kau tahu kalau semua prajurit di kerajaan ini mencarimu? Tahukah kau bahwa ayahku telah ditikam?”
Thor mengangguk, serius. “Apakah ia baik-baik saja?”
Reece menundukkan wajahnya.
“Tidak,” jawabnya dengan muram. “Ia sekarat.”
“Kau tahu ‘kan kalau aku tak melakukannya?” tanya Thor, berharap. Ia tak peduli dengan anggapan orang, tapi ia butuh sahabatnya, putra termuda MacGil, untuk yakin bahwa ia tak bersalah.
“Tentu saja,” kata Reece. “Kalau tidak aku tak akan berdiri di sini.”
Thor merasakan dadanya meluap dengan kelegaan, dan ia merangkul pundak Reece sebagai rasa terima kasih.
“Tapi seluruh kerajaan tak berpendapat sama sepertiku,” lanjut Reece. “Tempat teraman untukmu adalah sejauh mungkin dari tempat ini. Aku akan memberimu kudaku yang paling cepat, suplai makanan, dan mengirimmu ke tempat yang jauh. Kau harus bersembunyi sampai semuanya berakhir, sampai mereka menemukan pembunuh yang sebenarnya. Tak seorang pun dapat berpikir jernih sekarang.”
Thor menggelengkan kepalanya.
“Tidak bisa,” katanya. “Itu hanya akan membuatku tampak semakin bersalah. Aku ingin semua tahu bahwa bukan aku pelakunya. Aku tak bisa melarikan diri dari masalah. Aku harus membersihkan namaku.”
Reece menggelengkan kepalanya.
“Jika kau etap di sini, mereka akan menemukanmu. Kau akan dijebloskan ke penjara lagi – dan dihukum mati – itu pun jika kau tidak dikeroyok oleh massa duluan.”
“Itu adalah resiko yang harus kuambil,” kata Thor.
Reece memandangnya tajam dan lama, dan pandangannya berubah dari iba menjadi pujian. Akhirnya ia mengangguk perlahan.
“Kau memang pemberani. Dan bodoh. Sangat bodoh. Itulah mengapa aku menyukaimu.”
Reece tersenyum. Thor tersenyum kembali kepadanya.
“Aku ingin berjumpa dengan ayahmu,” kata Thor. “Aku ingin punya kesempatan untuk menjelaskan kepadanya secara langsung, bahwa aku bukanlah pelakunya dan aku tak ada kaitan dengan ini semua. Jika ia memutuskan untuk menghukumku, maka biarlah. Tapi aku harus mendapat kesempatan ini. Aku ingin ia tahu. Itu saja yang aku minta darimu.”
Reece menatapnya sungguh-sungguh, berusaha memahami keinginan temannya. Akhirnya, setelah beberapa lama, ia mengangguk.
“Aku bisa membawamu kepadanya. Aku tahu sebuah jalan belakang yang menuju ke kamarnya. Ini sangat berisiko – dan saat kau berada di dalam, kau akan sendirian. Tak ada jalan keluar. Dan tak ada apapun yang bisa kulakukan untukmu saat itu. Bisa saja kau akan menemui kematianmu. Apa kau yakin mengambil risiko itu?”
Thor mengganggukkan kepala kuat-kuat dengan penuh keyakinan.
“Baiklah kalau begitu,” kata Reece, dan tiba-tiba ia melemparkan sebuah jubah ke arah Thor.
Thor menangkapnya dan merasa terkejut; ia sadar bahwa Reece telah merencanakan hal ini sebelumnya.
Reece tersenyum saat Thor menatapnya.
“Aku sudah tahu kau pasti akan sangat tolol dan memilih untuk tidak lari. Aku tak berharap banyak dari sahabatku.”
BAB EMPAT
Gareth mondar-mandir kamarnya, mengingat kembali peristiwa malam itu, dibanjiri kecemasan. Ia tidak percaya apa yang terjadi di perayaan itu, bagaimana semua sudah begitu keliru. Dia hampir tidak bisa memahami bahwa anak bodoh, orang asing itu Thor, entah bagaimana menangkap plot racunnya dan terlebih lagi, telah benar-benar berhasil menghadang cawan itu. Gareth kembali berpikir ke masa ketika ia melihat Thor menerobos masuk, menyambar jatuh cawan itu, ketika ia mendengar cawan itu mengenai batu, menyaksikan anggur tumpah ke lantai, dan melihat semua mimpinya tumpah bersama anggur itu.
Pada saat itu, Gareth telah hancur. Semua yang ia miliki selama hidup telah hancur. Dan ketika anjing itu menjilat-jilat anggur itu dan akhirnya mati - ia tahu ia sudah tamat. Ia melihat seluruh hidupnya melintas di depannya, melihat dirinya terpergok, dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara bawah tanah karena mencoba membunuh ayahnya. Atau yang lebih buruk, dihukum mati. Itu adalah hal yang konyol. Ia seharusnya tidak pernah melakukan rencana itu, tidak pernah mengunjungi penyihir itu.
Gareth sudah, paling tidak, bertindak dengan cepat, mengambil sebuah kesempatan dan melompat berdiri dan menjadi yang pertama menyalahkan Thor. Mengingat kembali, ia bangga pada dirinya sendiri, betapa cepat ia bereaksi. Saat munculnya inspirasi itu, dan keheranan, nampaknya gagasan itu berhasil. Mereka menyeret Thor pergi, dan setelah itu, perayaan hampir dimulai lagi. Tentu saja, tidak akan ada yang sama setelah peristiwa itu, tapi paling tidak, kecurigaan nampaknya jatuh tepat pada anak itu
Gareth hanya berdoa semoga tetap seperti itu. Telah berlangsung selama beberapa dekade sejak percobaan pembunuhan terhadap MacGil, dan Gareth khawatir akan ada penyelidikan, bahwa mereka pada akhirnya akan menggali perbuatan itu lebih dalam lagi. Mengingat kembali, ia merasa bodoh sudah mencoba meracuninya. Ayahnya tidak terlihat. Gareth mestinya sudah mengetahui hal itu. Dia telah menjadi tidak terjangkau. Dan sekarang ia tidak bisa tidak merasa bahwa hanya masalah waktu sampai kecurigaan jatuh padanya. Ia akan harus melakukan sebisa mungkin untuk membuktikan Thor yang bersalah dan membuatnya dieksekusi